Saat ini, bangsa Indonesia dapat dikatakan sedang tidak baik-baik saja. Pelbagai krisis sedang terjadi di negeri ini, mulai kekerasan, praktik korupsi yang semakin masif, pelanggaran etika pejabat negara, prostitusi online, munculnya paham agama yang menyimpang, perundungan di lembaga pendidikan, hingga tawuran antarpelajar.
Fenomena tersebut sangat bertolak belakang dengan budaya dan nilai-nilai bangsa Indonesia yang sangat religius. Mengapa persoalan itu terus terulang? Semua itu bersumber dari krisis akhlak. Harus diakui bahwa akhlak merupakan modal penting untuk membangun sebuah bangsa yang maju dan beradab. Karenanya, mentalitas bangsa yang kian memburuk perlu segera dirubah demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Langkah yang dapat diupayakan adalah penguatan pendidikan karakter. Pembangunan karakter saat ini memang menjadi isu menarik di tengah degradasi akhlak yang sudah masuk ke seluruh lini kehidupan masyarakat.
Menurut Akhmad Muhaimin (2016), pendidikan tidak hanya mendidik siswa untuk menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar akhlaknya mulia. Saat ini, pendidikan di Indonesia dinilai oleh banyak kalangan tidak bermasalah dalam mencerdaskan para peserta didiknya, namun dinilai kurang berhasil dalam membangun kepribadian peserta didik agar berakhlak mulia.
Tarbiyah Ramadan
Ramadan merupakan bulan pendidikan (tarbiyah) karena di dalamnya terdapat proses untuk berlatih melakukan perubahan. Secara harfiah puasa memiliki makna menahan diri dari segala seuatu yang dapat membatalkannya. Artinya, puasa Ramadan bukan hanya menahan diri dari urusan makan, minum dan berhubungan badan, tetapi puasa memiliki makna yang lebih luas, yaitu menahan diri dari tindakan korupsi, menyakiti orang lain dan segala tindakan buruk lainnya.
Selama bulan suci Ramadan, umat Islam akan terlatih untuk melakukan berbagai kebaikan dan menjauhkan diri dari segala perkara yang dilarang agama. Tentu saja, latihan saat Ramdhan diharapkan menjadi kebiasaan yang terus membekas ke bulan berikutnya di luar Ramadan.
Puasa pada bulan Ramadan menjadi momentum penting untuk membangun karakter bangsa. Puasa yang dilakukan dengan sungguh-sunguh akan melahirkan pribadi-pribadi tangguh, sabar, ikhlas dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Ramadan menjadi sebuah madrasah untuk memperbaiki dan membuang jauh-jauh berbagai karakter buruk, seperti iri, dengki, sombong, riya’ dan penyakit hati lainnya.
Menurut Said Aqil Siradj (2015), dalam puasa, seorang muslim sebenarnya dilatih untuk menyinergikan antara dua eksistensi yang beerbeda, yaitu jasmaniah dan rohaniah. Sebab, di dalam rohani kita terdapat ide-ide kebaikan yang nanti diejawantahkan oleh jasmani dengan sikap hidup keseharian.
Ibadah puasa memang berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya karena ibadah puasa adalah ibadah seorang hamba yang langsung kepada Allah Swt. Karena itu, sangat wajar jika bulan Ramadan menjadi madrasah pendidikan karakter yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh setiap umat Islam.