Dewasa ini, sebagian besar aktivitas manusia berada dalam ruang maya. Infromasi apa pun ada di sana, dari yang biasa saja hingga yang paling berbahaya, dari yang hanya sekadar berbagi informasi hingga penggiringan opini.
Santri dan pondok pesantren yang selama ini identik dengan kaum sarungan dan tertutup dengan dunia luar—khususnya merujuk pada yang disebut tradisional—harus mengambil posisi layaknya agen perubahan di masa kolonial yang siap bertempur habis-habisan melawan komprador penjajah. Bedanya, “pertempuran” hari ini terjadi di jagad maya, di dunia online, melalui berbagai media dan platform yang beraneka macam.
Buku berjudul Menjadi Santri 4.0: Peluang dan Tantangan Santri di Era Digital, mencoba mengupas bagaimana santri dan pondok pesantren perlu memahami literasi digital dan memanfaatkannya untuk menyebarkan kebaikan dan melawan keburukan di tengah ruang yang begitu luas nyaris tak bertepi.